Sebaiknya bagi calon jamaah haji ONH plus yang melakukan ibadah haji, untuk memperhatikan adab-adab di bawah ini :
- Mengikhlaskan niat di dalam ibadah haji.
Sebaiknya bagi yang ingin melaksankan ibadah haji, sebelum
meninggalkan rumahnya, untuk menghadirkan niat bahwa dia keluar
melaksanakan ibadah haji hanya karena Allah semata, dengan mengharap
pahala dari-Nya, bukan mengharap untuk diberi gelar pak haji, atau agar
orang sekitarnya melihat bahwa dirinya pergi haji dan pergi ke Mekkah,
sebagaimana hadist Umat bahwasanya nabi shallallahu ‘alahi wassalam
bersabda :
إِنَّمَا الْأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى فَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إِلَى دُنْيَا يُصِيبُهَا أَوْ إِلَى امْرَأَةٍ يَنْكِحُهَا فَهِجْرَتُهُ إِلَى مَا هَاجَرَ إِلَيْهِ
"Semua perbuatan tergantung niatnya, dan (balasan) bagi tiap-tiap
orang (tergantung) apa yang diniatkan; Barangsiapa niat hijrahnya
karena dunia yang ingin digapainya atau karena seorang perempuan yang
ingin dinikahinya, maka hijrahnya adalah kepada apa dia diniatkan" (HR Bukhari dan Muslim )
Artinya barang siapa yang hajinya diniatkan karena Allah dan
benar-benar dilaksanakan karena-Nya, maka akan mendapatkan pahala di
sisi Allah.
- Mempelajari hukum-hukum tentang haji
Seyogyanya bagi yang ingin pergi haji untuk mempelajari hukum-hukum
terkait dengan ibadah haji dan serta mengikuti nabi dalam melaksanakan ibadah
haji secara keseluruhan, baik perkataan dan perbuatannya. Hal itu sesuai
dengan hadist Jabir bahwasanya nabi shallallahu ‘alaihi wassalam
bersabda :
لِتَأْخُذُوْا عَنِّي مَنَاسِكَكُمْ
“Hendaknya kalian mengambil manasik haji kalian dariku” (HR. Muslim)
Ini bisa terlaksana dengan mempelajari hukum-hukum terkait dengan
haji serta membaca buku yang lebih terperinci. Kemudian memperbanyak di
dalam menela’ahnya sehingga dia bisa melaksanakan ibadah haji ini dengan
lebih sempurna dan lebih sesuai dengan sunnah. Begitu juga hendaknya
dia menghadiri kajian-kajian yang membahas tentang haji, sehingga dari
kajian-kajian tersebut akan diketahui hukum-hukum haji dan tata cara
pelaksanaannya.
Hendaknya dalam perjalanan hajinya dia mencari orang-orang yang
mulia, mempunyai sopan-santun dan berakhlaq baik, yaitu dengan cara
memilih travel yang sudah terkenal profesional, melaksanakan
kewajibannya, membantu orang-orang yang ikut dengannya untuk bisa
melaksanakan ibadah haji dan umrah dengan sebaik-baiknya.
Hendaknya mencari seorang penuntut ilmu untuk menyertai rombongan
haji, karena amalan-amalan haji tidak cukup hanya berbekal pengetahuan
saja, tetapi perlu ada seorang ulama yang berusaha mengamalkan sunnah
dan mengetahui tentang hukum-hukum haji. Jika tidak didapatkan seorang
ulama atau penuntut ilmu, maka paling tidak ada orang yang pernah
melaksankan haji yang berusaha untuk menyempurnakan ibadah haji ini.
- Menghindari dari para penganggur dan orang-orang yang suka bermain-main. Yaitu orang-orang yang jika bergaul dengan mereka akan menyebabkan terjatuh di dalam maksiat, membuang-buang waktu dan banyak ngobrol.
- Menghindari dari ahli bid’ah dan khurafat yang sering memalingkan dari beribadah dan berdo’a kepada Allah kepada berdo’a kepada selain-Nya serta lebih memilih untuk mencari bangunan–bangunan dari peninggalan bersejarah untuk mengusap-usapnya dan mengusap-usap Ka’bah serta Maqam Ibrahim yang sering menyebabkan pertengkaran, padahal mestinya mereka menunaikan ibadah haji ini dengan baik
- Hendaknya berusaha untuk ekonomis di dalam berbelanja dan jangan berlebih-lebihan serta membebani diri di dalam hidupmu dan dalam perjalanan hajimu. Serta jangan berbangga-bangga dengan kehidupan yang serba hedonis di dalam melaksanakan ibadah haji.
- Jauhilah hal-hal yang melengahkan, seperti menonton chanel-chanel Televisi yang berisi hiburan-hiburan, atau mendengarkan musik dan hal-hal lain yang termasuk katagori maksiat.
- Berusaha untuk menerapkan akhlaq yang baik selama perjalanan, dan selama pelaksanaan ibadah haji, serta berusaha untuk melawan hawa nafsu untuk mewujudkan hal itu, sehingga temanmu menjadi rela untuk bersamamu. Dan hendaknya anda bisa bersabar untuk menjauhi dari permusuhan dan perkelahian yang sering timbul pada saat melakukan perjalanan dan pada saat terjadinya desak-desakan.
- Selalu berdzikir dengan dzikir pagi dan petang, dan berdo’a ketika keluar rumah dan ketika hendak melakukan perjalanan. Hendaknya dia berdo’a ketika keluar rumah, sebagaimana di dalam hadist Ummu Salamah radhiyallahu ‘anha bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wassalam jika keluar rumah beliau berdo’a :
بِسْمِ اللهِ، تَوَكَّلْتُ عَلَى اللهِ، وَلاَ حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللهِ. َاللَّهُمَّ إِنِّيْ أَعُوْذُ بِكَ أَنْ أَضِلَّ، أَوْ أُضَلَّ، أَوْ أَزِلَّ، أَوْ أُزَلَّ، أَوْ أَظْلِمَ، أَوْ أُظْلَمَ، أَوْ أَجْهَلَ، أَوْ يُجْهَلَ عَلَيَّ.
“Dengan nama Allah. Aku bertawakkal kepadaNya dan tiada daya dan
upaya kecuali karena pertolongan Allah. Ya Allah sesungguhnya aku
berlindung kepadaMu jangan sampai aku sesat atau disesatkan, berbuat
kesalahan atau disalahi, menganiaya atau dianiaya, berbuat bodoh atau
dibodohi”. (HR. Abu Daud dan Tirmidzi dengan sanad shahih)
Kemudian dilanjutkan dengan do’a safar :
بسم الله الحمد لله سُبْحَانَ الَّذِيْ سَخَّرَ لَنَا هَذَا وَمَا كُنَّا لَهُ مُقْرِنِيْنَ. وَإِنَّا إِلَى رَبِّنَا لَمُنْقَلِبُوْنَ اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ فِيْ سَفَرِنَا هَذَا الْبِرَّ وَالتَّقْوَى، وَمِنَ الْعَمَلِ مَا تَرْضَى، اللَّهُمَّ هَوِّنْ عَلَيْنَا سَفَرَنَا هَذَا وَاطْوِ عَنَّا بُعْدَهُ، اللَّهُمَّ أَنْتَ الصَّاحِبُ فِي السَّفَرِ وَالْخَلِيْفَةُ فِي اْلأَهْلِ، اللَّهُمَّ إِنِّيْ أَعُوْذُ بِكَ مِنْ وَعْثَاءِ السَّفَرِ وَكَآبَةِ الْمَنْظَرِ وَسُوْءِ الْمُنْقَلَبِ فِي الْمَالِ وَاْلأَهْلِ. وَإِذَا رَجَعَ قَالَهُنَّ وَزَادَ فِيْهِنَّ: آيِبُوْنَ تَائِبُوْنَ عَابِدُوْنَ لِرَبِّنَا حَامِدُوْنَ.
“Dengan menyebut nama Allah, segala puji bagi Allah,
Maha Suci Tuhan yang menundukkan kendaraan ini untuk kami, sedang
sebelumnya kami tidak mampu. Dan sesungguhnya kami akan kembali kepada
Tuhan kami (di hari Kiamat). Ya Allah! Sesungguhnya kami memohon
kebaikan dan taqwa dalam bepergian ini, kami mohon perbuatan yang
meridhakanMu. Ya Allah! Permudahlah perjalanan kami ini, dan dekatkan
jaraknya bagi kami. Ya Allah! Engkaulah teman dalam bepergian dan yang
mengurusi keluarga(ku). Ya Allah! Sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu
dari kelelahan dalam bepergian, pemandangan yang menyedihkan dan
perubahan yang jelek dalam harta dan keluarga.” Apabila kembali, doa di atas dibaca, dan ditambah: “Kami kembali dengan bertaubat, tetap beribadah dan selalu memuji kepada Tuhan kami.” (HR. Muslim dari hadist Ibnu Umar)
Jika jalan sedang menanjak hendaknya dia mengucapkan : “ Allahu Akbar
” , jika dia menuruni lembah atau tempat yang rendah, hendaknya
mengucapkan : “ Subhanallah “ , ini berdasarkan hadist Jabir :
عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ كُنَّا إِذَا صَعِدْنَا كَبَّرْنَا وَإِذَا نَزَلْنَا سَبَّحْنَا
“Dari Jabir bin 'Abdullah radhiyallahu 'anhuma berkata:
"Apabila kami berjalan mendaki (naik), kami bertakbir dan apabila
menuruni jalan kami bertasbih” (HR. Bukhari)
Hendaknya dia jangan lupa untuk selalu berdzikir ketika
berpindah-pindah tempat, dan untuk selalu mengulangi hafalan al
Qur’annya dan untuk selalu melaksanakan sholat witir walaupun sedang
berada di atas kendaran atau di atas pesawat terbang, karena sholat
nafilah boleh dilakukan oleh muafir di atas kendaraannya.
- Hendaknya dia membawa bekal lebih jika dia termasuk orang yang mampu, sehingga bisa membantu temannya dan berbuat baik kepadanya, sebagaimana di dalam hadist :
والله فِيْ عَوْنِ العَبْدِ مَا كَانَ الْعَبْدُ فِي عَوْنِ أخِيْهِ
"Sesungguhnya Allah senantiasa menolong hambaNya, selama hamba tersebut menolong saudaranya" (HR. Muslim dari hadist Abu Hurairah )
Hendaknya dia bersedekah kepada orang-orang yang membutuhkan dan orang-orang yang kehabisan bekal perjalanan.
Hendaknya dia menjadikan bekal haji dari hartanya yang terbaik ,
karena sesungguhnya Allah adalah baik dan tidaklah menerima kecuali yang
baik juga.
- Hendaknya dia selalu menjaga kewajiban-kewajiban syari’ah. Seorang musafir harus tetap menjaga sholat dan bersuci serta kewajiban-kewajiban yang lain, dan jangan bermalas-malas untuk mengerjakan itu semua tepat pada waktunya.
Dia hendaknya meng-qashar sholat dan menjama’nya jika hal itu
dibutuhkan, karena dia sedang melakukan perjalanan atau sedang
istirahat, maka membutuhkan untuk menjama’ sholatnya karena kecapaian
atau mengantuk.
- Hal ini berdasarkan hadist bahwa nabi shallallahu ‘alaihi wassalam bersabda :
السَّفَرُ قِطْعًةُ مِنَ العَذَابِ يَمْنَعُ اَحَدَكُمْ طَعَامَهُ وَشَرَابَهُ وَنَوْمَهُ فَاِذَاقَضَى اَحَدُكُمْ نهمته مِنْ سَفَرِهِ فَلْيُعَجِّلْ اِلَى اَهْلِهِ
“Bepergian itu adalah sepotong dari adzab, (karena) ia
menghalangi seseorang daripada kamu tentang makanannya, minumannya dan
tidurnya. (Oleh karena itu) apabila salah seorang dari kamu telah
menyelesaikan keperluannya dari kepergiannya, hendaklah ia segera
kembali kepada keluarganya” (HR. Muslim dari hadist Abu Hurairah)
- Jika dalam perjalanan pulang dia melewati jalan yang menanjak hendaknya mengucapkan :
اَللهُ اَكْبَرُ, اَللهُ اَكْبَرُ, اَللهُ اَكْبَرُ, لاَاِلهَ اِلاَّاللهُ وَحْدَهُ لاَشِرِيْكَ لَهُ, لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْئٍ قَدِيْرٌ, ايِبُوْنَ تَائِبُوْنَ عَابِدُوْنَ لِرَبِّنَا حَامِدُوْنَ, صَدَقَ اللهُ وَعْدَهُ وَنَصَرَ عَبْدَهُ, وَهَزَمَ اْلاَ حْزَابَ وَحْدَهُ
“Allah Maha Besar, Allah Maha Besar, Allah Maha Besar. Tiada
Tuhan kecuali Allah, dzat yang Maha Esa, tidak ada sekutu bagi-Nya.
Kepunyaan-Nyalah segala kekuasaan dan segala pujian, dan Dia Maha Kuasa
atas segala sesuatu. Kami kembali bertaubat serta kami menyembah kepada
Tuhan kami , seraya kami memuji-Mu. Allah menetapi pada janji-Nya,
menolong hamba-Nya, serta mampu (memporak porandakan) pasukan Ahzab
dengan sendiri”.
Sesungguhnya Nabi saw mengucapkan do’a tersebut
dalam perjalanan pulang dari haji atau jihad, sebagaimana dalam hadist
Ibnu Umar yang disebutkan Imam Malik dalam kitab al Muwattha’ dalam
riwayat Muhammad bin Hasan.
Hendaknya dia jangan mengagetkan keluarganya pada waktu malam, tetapi
memberitahu terlebih dahulu tentang waktu kedatangannya, atau hendaknya
dia datang pada waktu pagi atau sore saja. Bersabda Nabi shallallahu
‘alahi wassalam :
كَيْ تَمْتَشِطَ الشَّعِثَةُ وَتَسْتَحِدَّ الْمُغِيبَةُ
“Berilah kesempatan kepada keluarga kalian untuk bersiap-siap dan berhias (untuk menyambut kedatangan kalian)." (Hr Bukhari dan Muslim dari hadist Jabir)
Dan hendaknya dia menuju masjid terlebih dahulu jika sudah sampai,
untuk melakukan sholat dua reka’at. Karena sesungguhnya perbuatan ini
merupakan sunnah nabi yang pertama kali beliau laksanakan ketika sampai
di kotanya.
demikianlah adab-adab dalam berhaji yang sangat penting buat para calon jamaah Travel haji primasaidah dan bila masih belum mengerti anda konsultasi kepada kami atau kepada pembimbing calon jemaah haji sekalian ..
Anda baru saja membaca artikel yang berkategori artikel haji umrah /
biaya naik haji /
cara umrah /
Ongkos ONH Plus /
pengetahuan umrah
dengan judul Adab-Adab Ibadah Haji . Anda bisa bookmark halaman ini dengan URL http://biaya-naikhaji.blogspot.com/2013/01/adab-adab-ibadah-haji.html. Terima kasih!
Ditulis oleh:
Unknown - Rabu, 16 Januari 2013
Belum ada komentar untuk "Adab-Adab Ibadah Haji "
Posting Komentar